Minggu, 06 Mei 2012

Laporan Hukum Mendel


HUKUM MENDEL

A.     Tujuan Percobaan
Mengetahui dan memahami persilangan monohybryd

B.     Landasan Teori
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)
Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)

C.     Alat dan Bahan
Kancing genetika (dua warna masing-masing berjumlah 25)
D.     Langkah Kerja
1.       Memisahkan 25 kancing (misal warna hitam) menjadi dua bagian masing-masing terdiri dari 25 buah sebagai gamet jantan, begitu pula kancing warna lain (misal kancing warna putih).
2.       25 kancing+25 kancing putih sebagai gamet jantan dimasukkan ke dalam kotak, begitu pula untuk sisanya dimasukkan ke dalam kotak yang lain sebagai gamet betina.
3.       Mengambil secara acak satu kancing dari kotak1 dan satu kancing dari kotak2, pertemukan dan catat dalam tabulasi.
4.       Dengan cara yang sama emua kancing gamet betina dan gamet jantan habis.

E.     Hasil Pengamatan
Jenis gamet
Turus
Jumlah
Hitam-hitam
IIII IIII IIII
15
Hitam-putih
IIII IIII IIII IIII II
22
Putih-putih
IIII IIII III
13

Dominan         : Hitam (HH)
Resesif            : Putih (hh)
P1                    : HH >< hh
                                Hh
                              Hitam
HH : Hh : hh
15   : 22  : 13
      37 : 12

F.      Pembahasan
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)
Dalam percobaan hukum Mendel I, dilakukan persilangan monohibrid yaitu warna biji. Warna biji hitam (HH) bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetic warna hitam, dan warna biji putih (hh) bersifat resesif disimbolkan dengan kancing genetic warna putih.
Persilangan antara kancing hitam (HH) dengan kancing putih (hh) diperoleh F1 yang 100% berwarna hitam (Hh). Karena kancing hitam bersifat dominan. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya (F1), maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu hitam-hitam, hitam-putih, dan putih-putih. Dengan genotif untuk hitam (HH), hitam-putih (Hh), dan putih-putih (hh). Menurut hukum Mendel I, perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 50x diperoleh data, yaitu untuk warna hitam-hitam sebanyak 15x, warna hitam-putih sebanyak 22 kali, dan warna putih-putih sebanyak 13 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 15:22:13 yang mendekati angka ratio 1:2:1.

G.    Kesimpulan
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101).
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 50x diperoleh data, yaitu untuk warna hitam-hitam sebanyak 15x, warna hitam-putih sebanyak 22 kali, dan warna putih-putih sebanyak 13 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 15:22:13 yang mendekati angka ratio 1:2:1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minggu, 06 Mei 2012

Laporan Hukum Mendel


HUKUM MENDEL

A.     Tujuan Percobaan
Mengetahui dan memahami persilangan monohybryd

B.     Landasan Teori
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)
Hukum Mandel I berlaku pada gametogenesis F1. F1 itu memiliki genotif heterozigot. Baik pada bunga betina maupun benang sari, terbentuk 2 macam gamet. Maka kalau terjadi penyerbukan sendiri (F1 x F1) terdapat 4 macam perkawinan. (Wildan Yatim, 1996:76).
Pada galur murni akan menampilkan sifat-sifat dominan (alel AA) maupun sifat resesif (aa) dari suatu karakter tertentu. Bila disilangkan, F1 akan mempunyai kedua macam alel (Aa) tetapi menampakkan sifat dominan (apabila dominant lengkap). Sedangkan individu heterozigot (F1) menghasilkan gamet-gamet, setengahnya mempunyai alele dominant A dan setengahnya mempunyai alele resesif a. Dengan rekomendasi antara gamet-gamet secara rambang populasi F2 menampilkan sifat-sifat dominant dan resesif dengan nisbah yang diramalkan. Nisbah fenotif yaitu 3 dominan (AA atau Aa) : 1 resesif (aa). Nisbah geneotif yaitu 1 dominan lengkap (AA) : 2 hibrida (Aa) : 1 resesif lengkap (aa). (L. V. Crowder, 1997:33)
Sifat yang muncul pada F1 disebut sebagai sifat dominant (menang), sedangkan yang tidak muncul disebut sifat yang resesif (kalah). Oleh Mendel, huruf yang dominant homozigot diberi symbol dengan huruf pertama dari sifat dominan, dengan menggunakan huruf kapital yang ditulis dua kali. Sifat resesif diberi symbol dengan huruf kecil dari sifat dominant itu tadi. Symbol ditulis dua kali atau sepasang karena kromosom selalu berpasang. Setiap gen pada kromosom yang satu memiliki pasangan pada kromosom homolognya. (Istamar Syamsuri, 2004)

C.     Alat dan Bahan
Kancing genetika (dua warna masing-masing berjumlah 25)
D.     Langkah Kerja
1.       Memisahkan 25 kancing (misal warna hitam) menjadi dua bagian masing-masing terdiri dari 25 buah sebagai gamet jantan, begitu pula kancing warna lain (misal kancing warna putih).
2.       25 kancing+25 kancing putih sebagai gamet jantan dimasukkan ke dalam kotak, begitu pula untuk sisanya dimasukkan ke dalam kotak yang lain sebagai gamet betina.
3.       Mengambil secara acak satu kancing dari kotak1 dan satu kancing dari kotak2, pertemukan dan catat dalam tabulasi.
4.       Dengan cara yang sama emua kancing gamet betina dan gamet jantan habis.

E.     Hasil Pengamatan
Jenis gamet
Turus
Jumlah
Hitam-hitam
IIII IIII IIII
15
Hitam-putih
IIII IIII IIII IIII II
22
Putih-putih
IIII IIII III
13

Dominan         : Hitam (HH)
Resesif            : Putih (hh)
P1                    : HH >< hh
                                Hh
                              Hitam
HH : Hh : hh
15   : 22  : 13
      37 : 12

F.      Pembahasan
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101)
Dalam percobaan hukum Mendel I, dilakukan persilangan monohibrid yaitu warna biji. Warna biji hitam (HH) bersifat dominan yang disimbolkan dengan kancing genetic warna hitam, dan warna biji putih (hh) bersifat resesif disimbolkan dengan kancing genetic warna putih.
Persilangan antara kancing hitam (HH) dengan kancing putih (hh) diperoleh F1 yang 100% berwarna hitam (Hh). Karena kancing hitam bersifat dominan. Jika F1 disilangkan dengan sesamanya (F1), maka diperoleh tiga macam fenotipe yaitu hitam-hitam, hitam-putih, dan putih-putih. Dengan genotif untuk hitam (HH), hitam-putih (Hh), dan putih-putih (hh). Menurut hukum Mendel I, perbandingan fenotipe untuk persilangan monohibrid pada F2 adalah 3:1.
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 50x diperoleh data, yaitu untuk warna hitam-hitam sebanyak 15x, warna hitam-putih sebanyak 22 kali, dan warna putih-putih sebanyak 13 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 15:22:13 yang mendekati angka ratio 1:2:1.

G.    Kesimpulan
Hukum Mendel I dikenal sebagai hukum Segregasi. Selama proses meiosis berlangsung, pasangan-pasangan kromosom homolog saling berpisah dan tidak berpasangan lagi. Setiap set kromosom itu terkandung di dalam satu sel gamet. Proses pemisahan gen secara bebas dikenal sebagai segregasi bebas. Hukum Mendel I dikaji dari persilangan monohibrid. (Syamsuri, 2004:101).
Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan, untuk pengambilan 50x diperoleh data, yaitu untuk warna hitam-hitam sebanyak 15x, warna hitam-putih sebanyak 22 kali, dan warna putih-putih sebanyak 13 kali. Sehingga diperoleh perbandingan 15:22:13 yang mendekati angka ratio 1:2:1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar